Minggu, 19 Oktober 2008

Erl : Pertarungan Pertama (III)

Sebelumnya ....
--

"Namun, tidak mungkin rasanya ada teknik berpindah tempat seperti itu di dunia ini, jikalau ada, hanya para tetua dari golongan Ilr Verrhon saja, para penjaga cahaya, dan anak ini sama sepertiku yang memiliki darah sebagai petarung, bukan dari garis keturunan para penjaga cahaya", Ghar bergumam kemudian.

--

Tapi Ghar tidak menyerah, bukan, dia bukanlah tipe orang yang gampang sekali menyerah oleh satu kegagalan saja, darahnya sebagai bangsa petarung mengatakan bagaimanapun sulitnya, bangsa petarung harus menyelesaikan pertarungan yang telah dimulai. Dan tiap bangsa petarung memiliki kemampuan untuk mengasah dan meningkatkan teknik dan skill bertarung mereka di tengah pertarungan sekalipun. Bahkan sedikit diantaranya mampu mengasah hawa murninya dalam pertarungan itu sendiri, dan Ghar salah satu diantara yang sedikit tadi.

Berkali-kali Ghar melakukan langkah petir untuk melancarkan Ledakan Tinju Petir, sedikit demi sedikit, otot dan seluruh jaringan tubuh, serta seluruh sistem pernapasan dalam dirinya mengadaptasi perubahan kecepatan yang terus dipercepat. Arus hawa murninya berputar semakin lambat, ketika sistem peredaran darahnya justru semakin cepat, hal ini menimbulkan satu sistem pendinginan secara berlawanan, dimana melambatnya perputaran hawa murni akan menyerap panas semakin banyak dan kemudian mengubahnya menjadi energi baru berwujud petir. Pada puncak kulminasi tenaga petir yang terkumpul, tinju Ghar berubah menjadi bagai hujan meteor yang puluhan jumlahnya, yang tiap ledakannya membawa tenaga petir yang menghanguskan.

"Hujan Ledakan Meteor", demikian akhirnya Ghar bergumam dalam hati, ketika akhirnya tahap tersebut terlampaui olehnya.

Dalam bentuk sejatinya, tinju Ghar terkepal sesaat sebelum mengenai sasaran. Proses mengepal dalam kecepatan sangat tinggi inilah yang menghasilkan ledakan bagai petir. Dengan demikian, tinju Ghar sebenarnya sangat sederhana, hanya rangkaian tinju dalam gerak lurus yang dipercepat secara terus-menerus sehingga menghasilkan perputaran energi yang terus membesar.

Erl, dalam pada itu, ketika tinju Ghar tengah mencapai puncak gerakan tercepatnya, menjadi terkesiap. Dalam pandangannya, tinju Ghar telah berubah menjadi puluhan meteor yang bersaput petir. Namun demikian, ketenangan Erl dapat menangkap inti pergerakan tinju Ghar yang bergejolak dahsyat, dentuman demi dentuman yang bergelombang datang tiada dapat mengelabui pandangan Erl.

Satu tarikan napas, Erl memutar hawa nafasnya, bersambung dari satu napas ke hirupan napas selanjutnya, mengalirkan hawa memutar seluruh alur pernapasan dalam satu teknik kuno yang disebut Pernapasan Naga Api. Teknik pernapasan kuno yang dilarang untuk dipergunakan, bahkan oleh ksatria api sekalipun, teknik pernapasan yang meningkatkan secara terus menerus tingkat penggunaan hawa panas dari pernapasan, dan mengalirkan ke seluruh pembuluh darah dalam sistem pernapasan. Semakin tinggi tingkatan hawa panas pernapasan yang digunakan, maka jumlah panas yang dihasilkan akan semakin besar, pada akhirnya, jika jaringan syaraf dalam sistem pernapasan tidak mampu melepas kelebihan panas tersebut, semua jaringan dari sistem pernapasan dapat terbakar hangus. Akibat fatalnya adalah kematian. Dan secara garis keturunan, para ksatria api sendiri adalah orang-orang yang diajarkan untuk menggunakan teknik pernapasan api, namun tetap saja dilarang menggunakan Penapasan Naga Api yang mampu membakar langit.

Satu tarikan napas Erl dalam teknik Naga Api selesai, namun anehnya, yang terjadi adalah lapisan hawa lembut yang bersifat dingin tiba-tiba berpendar dari tubuh Erl, arus hawa tersebut kemudian berpilin, berputar kemudian menyebar bagaikan sekuntum mawar yang tengah mekar. Sesaat tersebut, tinju Ghar telah terulur mengarah kepala Erl, seinchi sebelum tinjunya mengena sasaran, kepalan Ghar membuka, kemudia mengepal lagi dengan cepatnya, menciptakan satu ledakan yang memekak telinga, suara ledakannya membahana menggelegar bagai letusan gunung berapi yang tengah berkobar. Mendengar suaranya saja, sudah cukup bagi tinju Ghar untuk membunuh lawannya.

Namun kali ini berbeda, ditengah keyakinannya akan tinjunya yang telah pasti mengenai lawan, tiba-tiba seperti juga sebelumnya, Ghar merasa kehilangan Erl, tinjunya mentah kehilangan sasaran ledaknya. Kosong, senyap, dingin. Begitulah perasaan Ghar. Dalam gerak yang sangat lambat, tiba-tiba Ghar dapat melihat bagaimana Erl menghilang. Tidak, Erl tidak menghilang dari pandangannya. Erl hanya memutar tubuh dengan sangat cepatnya, kemudian, kaki kanan Erl mencuat dalam gerakan melingkar, melakukan satu tendangan yang dinamakan Lintasan Bulan Sabit.

"SPLAAAKKK... BRAKKKH..."

Tendangan Bulan Sabit Erl telak mengenai pangkal leher Ghar, mementalkan tubuh Ghar beberapa tombak, sampai kemudian terhenti ketika menabrak bongkahan batu raksasa, melesakkan tubuhnya hampir setengah kaki.

"Argghh...., kaaa.... kau.... mewarisi... teknik.. ter..la..rang itu..., bukan... bukan hanya Naga... Api... itu.... huarrhhgghh...", pada akhirnya Ghar mengetahui bagaimana Erl melakukan gerakan terakhirnya, bukan saja didasarkan pada teknik Naga Api, ada teknik lain yang terputus di mulut Ghar. Matanya tiba-tiba gelap, kerongkongannya telah penuh dengan darah, sehingga menyumbat suaranya, tertahan dan keluar dalam bentuk darah hidup yang menyembur tanpa henti.

Mata Ghar hanya dapat melihat kegelapan, dan perlahan-lahan pendengaran dan kesadarannya beringsut pergi. Seluruh indranya bagai telah tumpul secara perlahan. Gelap, hening, senyap… lalu lenyap mengakhiri sang waktu yang merambat naik menuju senja, bagai merapal sebait mantra, yang mengalun lirih kemudian hilang tertelan angin, namun melenakan segenap jiwa yang mendengarnya. Harum bunga mawar yang lapat-lapat masih tercium, perlahan dengan halus hilang lenyap pula terhembus semilir angin.

--

Tidak ada komentar: